Tentang Menulis (2)

Mungkin ada yang bertanya Putri bisa nulis mungkin ada keturunan dari almarhum dan almarhumah kakek dan neneknya, atau dari ayahnya sendiri.

Aku jawab ya, alhamdulillah almarhum kakek, almarhumah nenek, dan ayah bukanlah terlahir sebagai orang yang memiliki bakat menulis tapi, bakat yang mereka turunkan kepada anak dan cucunya adalah MEMBACA. Ya, membaca adalah salah satu bakat yang menurun kepada aku dan kakak terutama. Tapi, Putri bisa menulis bakat yang menurun dari siapa dong?

Saat SMP suka banget nulis buku diary sampai SMA, masuk dunia perkuliahan setelah ikut workshop kepenulisan esai baru terlihat satu kelebihan yang ada dalam diri ku, yaitu menulis. Sampai pernah ngetag teman dan bilang:

"Aku, boleh nggak buat cerita tentang kamu." saat itu aku mulai ke GR an karena  tiba-tiba bilang gitu sempat hati kecil bicara dan berkata: "Suatu hari nanti semua akan terjadi."

Qadarullah, di bimbing skripsi oleh dosen yang juga penulis buku untuk bahan ajar kuliah nah, darisanalah semua itu berawal. Dan saat ini seperti pengembangan diri dalam menulisnya.

Masih tentang menulis.

Tak pernah menjadikan beban dalam setiap proses konsisten dalam menulis, ada hal menarik saat tidak setor link tulisan dan tidak berkunjung ke blog kelompok lain. Sistemnya di kick jika tidak setor selama 3-5 kali. Sedangkan di tantangan Pejuang Keluarga kali ini, jika tidak mengerjakan harus mengulang dari awal lagi. Alhamdulillah tak pernah terlewat sedikit pun meski harus malam-malam postingnya atau pas sepulang kerja, mengerjakan tantangan dari One Day One Post dan tantangan Pejuang Keluarga. Hari ini di ODOP akan di kick peserta yang tidak setor link selama 7 hari. Lalu, apa yang membuatku konsisten menulis?  Jawabannya adalah karena aku selalu diingatkan kembali oleh para mentor kalau bisa diusahakan menulis setiap hari.

Menulis bukan tentang bakat, yang ada hanya kemauan. Kemauan untuk mencoba, belajar, berlatih menulis setiap hari. Hingga mahir dan konsisten dalam menulis, berperilakulah menjadi orang yang sederhana dalam bersikap, sehingga menghindari sikap sombong dalam diri. Berlatihlah menulis setiap hari layaknya anak kecil yang baru belajar merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Berucap mama, papa, kakak, aku secara rutin dilatih oleh Ibunda tercinta.

Begitu pula dengan menulis, semakin kita melatih diri kita untuk menulis, maka akan semakin lancarlah apa yang ingin kita tulis. Dan ide-ide pun sangat mudah di dapatkan disaat kita percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu seperti penulis-penulis yang bukunya Best Seller.

Setiap orang punya pilihan masing-masing, teman SMP ku tak pernah memaksa aku untuk ikuti bisnis yang ia geluti, ia memang mengajak  tapi, tak pernah memaksa. Berbeda dengan teman SMA ku yang menganggap aku sahabatnya namun, akhirnya meninggalkan. Ia lebih memaksa, meskipun aku menolak secara halus namun, ia tetap bersi keras menawarkan terus-terusan produk yang ia jalankan.

Menurut Pramoedya Ananta Toer:

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Menulis adalah caraku berbicara
Menulis adalah obat bagiku yang sedang merasa rindu namun harus belajar untuk mengikhlaskan dan memperjuangkan sesuatu yang menjadi skenario dari Allah.

Lalu buku apa yang seharusnya di baca?
Buku bacaan mungkin banyak dari buku motivasi, buku cerpen, novel dan masih banyak lagi. Sebagai penerus peradaban dan calon istri serta ibu tidak mau kan kelak anak-anak kita tidak di ajarkan ilmu agama. Apa mau nanti malah anak-anak kita yang menarik kita ke neraka karena tidak pernah mengajarkan agama pada anak-anak sejak kecil.

Perbanyaklah membaca, karena membaca adalah jendela ilmu.

Teruslah belajar dari orang-orang yang mau menjadikan diri kita sebagai 'Agent of Change' atau Agen Perubahan untuk bermanfaat bagi orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Definisi Bahagia

Curhatku

Hamka (Abdul Malik Karim Amrullah)